Pada artikel berita terbaru kali ini,
akan membahas kelangkaan garam yang dialami Indonesia sejak Idul Fitri 1438 H
membawa berbagai dampak pada perekonomian. Beberapa daerah di Nusantara
mengalami penerunan pasokan garam dan itu tidak hanya terjadi pada jenis garam
tertentu saja. Melainkan pada semua jenis garam, baik garam beryodium, garam
konsumsi hingga garam industri.
Pasalnya, faktor utama yang menyebabkan
kelangkaan ini adalah anormali iklim sehingga pasokan garam pun menurun dan
harga garam melonjak. Anormali iklim ini pun membuat para petani garam banyak
yang tumbang akibat gagal panen.
Padahal hal semacam ini selama ini jarang terjadi. Paling-paling kalau
terjadi kelangkaan garam. Itu hanya terjadi karena kurangnya hasil panen pada
daerah tertentu saja. Tapi ini hampir terjadi pada seluruh daerah. Maka
kelangkaanpun tak bisa dihindari.
Kementerian Kelautan dan Perikanan bekerjasama dengan Kementerian
Perdagangan mengambil tindakan melalui rekomendasi impor garam konsumsi kepada
PT Garam (Persero). Namun, kebijakan import garam ini memerlukan perubahan kode
HS (Harmonized System) antara garam
konsumsi dengan garam industri yang dilakukan oleh Kementerian Perdagangan.
Sebab selama ini, import yang dilakukan oleh pemerintah hanya terjadi pada
garam industri, bukan garam konsumsi.
Menurut masyarakat, pasokan garam konsumsi lebih penting dibanding
pasokan cabai dan bawang. Hal ini karena pemenuhan kebutuhan masyarakat
bergantung pada pasokan garam konsumsi. Dampak kelangkaan garam ini memang
belum begitu terasa pada kebutuhan perorangan, namun sangat terasa untuk
sebagian masyarakat yang membuka usaha rumah makan. Apalagi hampir bisa
dipastikan tidak ada usaha rumahan yang tidak menggunakan garam.
Harga Garam
Melonjak
Kenaikan harga garam sudah
terjadi pada sebagian besar daerah di Nusantara. Banyak pedagang yang mengeluh
dan berharap pemerintah segera meningkatkan jumlah pasokan garam. Stock garam
pada pedagang pun sudah mulai menipis. Pemerintah diharapkan mampu mengamankan
pasokan garam beryodium untuk kebutuhan masyarakat.
Garam dengan merk terkenal di
pasaran mengalami kenaikan Rp 700 – Rp
1000 rupiah sehingga menjadi Rp 1500 –
Rp 2000. Begitu pun dengan pasokan garam dapur yang semakin menipis
sehingga lonjakan harga pun tidak bisa dibendung lagi. Pasalnya, harga garam
dapur yang semula Rp 1500 menjadi Rp 2000. Tak hanya itu, bahkan garam dengan
kualitas rendah mengalami kenaikan hingga menyentuh angka Rp 1500 per bungkus.
Anormali cuaca diduga menjadi
faktor utama anjloknya produksi garam sehingga para petani garam di sebagian
besar wilayah Nusantara mengalami gagal panen. Nusa Tenggara Barat (NTB)
sebagai salah satu wilayah penghasil garam tak luput dari kelangkaan. Hasil
survei menyebutkan bahwa harga garam di Nusa Tenggara Barat (NTB) mengalami
kenaikan hingga Rp 5000 per kilogram, saat ini harga garam menyentuh angka Rp
15000.
Setiap tahun Indonesia mengalami
kenaikan dalam import garam. Semula pada tahun 2016, Indonesia mengimport garam
3 juta ton. Padahal pada tahun sebelumnya tingkat import garam lebih rendah
yaitu 2,1 juta ton. Berdasarkan data Kemenperin menyatakan bahwa pada tahun
2017 tingkat import garam Indonesia akan kembali naik, bahkan menyentuh angka
4,3 juta ton, yang terdiri dari garam konsumsi dan garam industri.
Sebetulnya sungguh sangat
mengherankan jika melihat kondisi geografis Indonesia dengan jumlah laut yang
begitu luas tapi masih membutuhkan impor garam. Apalagi dari banyak pengakuan
petani garam pada banyak artikel berita
terbaru, ketika sedang bagus, garam bisa sangat melimpah. Bahkan banyak
yang kesulitan dalam menjual garam.
0 comments
Posting Komentar
Kami tunggu saran dan kritik via kolom komentar